This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

Senin, 31 Desember 2012

Isim mudzakkar dan isim muannats


Isim mudzakkar dan isim muannats

Pembahasan mengenai isim mudzakkar (مُذَكَّر) dan muannats مُؤَنَّث

1.    Isim mudzakkar adalah isim yang menunjukkan laki-laki.

        Isim mudzakkar terbagi dua

        -    Mudzakkar haqiqi (
مذكر حقيقي) yakni mudzakkar yang menunjukkan manusia dan hewan.(hakikatnya memang laki-laki)
     
                Contoh :

               
أَبٌ    (abun) = bapak

               
أَسَدٌ   (asadun) = singa

       -    Mudzakkar majazi (
مذكر مجازي) yakni mudzakkar yang tidak menunjukkan manusia dan hewan.

                Contoh :

               
بَيْتٌ    (baitun) = rumah

               
إِنَاءٌ    (inaaun) = bejana



2.    Isim muannats adalah isim yang menunjukkan perempuan.
      
        Isim muannats juga terbagi dua :
        -    Muannats haqiqi
              
                 Contoh :
     
                
أُمٌ      (ummun) = ibu

                
أَتَانٌ   (ataanun) = keledai betina
  
       -    Muannats majazi

                Contoh :
         
               
شَمْسٌ    (syamsun) = matahari

               
سَمَاءٌ      (samaaun) = langit

Untuk memudahkan di dalam membedakan antara mudzakkar dan muannast, berikut disertakan macam-macam muannats.

a.    Nama dan panggilan perempuan.

       Contoh :

      
خَدِيْجَةُ     ( khodiijatun) = khodijah

      
زَيْنَبُ         (zainabu) = zainab

b.    Nama Negara dan kota.

        contoh :

       
مِصْرَ         (misro) = mesir

       
جُوْجَاكَرْتَا     (juujaakartaa) = Jogjakarta

c.    Nama anggota tubuh yang berpasangan.

        Contoh :

       
عَيْنٌ     (‘ainun) = mata

       
يَدٌ            (yadun) = tangan

d.    Sifat kewanitaan.

        Contoh :

        
ٌمُرْضِع    (murdi’un) = perempuan yang menyusui

       
حَامِلٌ       (haamilun) = hamil

e.    Ada ta marbuthoh (
ة) di akhir kata, selain nama laki-laki

        Contoh :

       
مُسْلِمَةُ       (muslimatun) = muslimah

       
صَابِرَةُ      (shoobirotun) = perempuan yang sabar

f.     Jamak taksir
      
        contoh :

       
قُلُُوْبٌ    (quluubun) = hati

    
رُسُلٌ     (rusulun) = rosul
 g. Terdapat alif ta'nits maqsuroh
      contoh;
صُغْرَى       kecil
      كُبْرَى    besar
h.Terdapat alif ta'nits mamdudah
   contoh:
 سَوْدَاءُ    hitam 
  بَيْضَاءُ   putih
i.Huruf
contoh:
ب  ف  ت   اِنَّ  مِنْ  اِلَى




Catatan:

1.    Ada banyak sekali isim yang tidak mempunyai tanda muannats namun termasuk isim muannats.

         Contoh :

        
جَهَنَّمٌ      (jahannamun) = neraka jahannam

        
أَرْضٌ     (ardhun) = bumi

         
نَارٌ        (naarun) = api

Sehingga ketika tidak ada tanda-tandanya, untuk mengetahui apakah suatu isim termasuk muannats atau mudzakkar, biasanya merujuk kepada kamus, banyak menelaah kitab atau sering berinteraksi dengan orang arab.


2.    Ada isim yang mempunyai tanda muannats namun termasuk mudzakkar.yaitu nama laki-laki yang ada ta marbuthoh (
ة)   
        Contoh :

        
مُعَاوِيَةُ   (muaawiyah)

        
حَمْزَة    (hamzah)

        
طَلْحَة    (tholhah)

soal latihan :tentukan manakah yg termasuk muannats dan mudzakkar

نَاصِرٌ       (naashirun) = orang yg menolong

كَلِمَة             (kalmatun) = kata

عَائِسِةُ       ('aaisyatun) = aisyah

مَخْلُوْقَةٌ      (makhluuqun) = makhluk

اَلرَّجُلُ       (arrojulu) = laki-laki
اَلْفَقِيْرُ        (alfaqiiru) = fakir

Sabtu, 29 Desember 2012

Uslub Bahasa Arab Begitu ‘ Cetar Membahana’


Oleh : Misbahuddin

            Kenapa uslub bahasa arab begitu “ cetar membahana “ ada yang tahu ??,  untuk menjawab pertanyaan ini, saya kutip perkataan umar bin khotob mengenai keunggulan dan keunikan bahasa arab dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang lain. 'Umar al-Khattab r.a pernah berkata: "Belajarlah bahasa Arab, kerana ia sebahagian dari agama kalian (Islam)", "Belajarlah bahasa Arab, kerana ia memperkukuh akal, dan mengangkat kehormatan". [Shu'ab al-Iman & Iqtida' al-Sirat al-Mustaqim].

            Yup! begitulah bahasa arab, Umar bin khotobpun merasakan kedahsatan dan keunikan setalah “ bersenyawa “ dengan Al-qur’an, Bahasa yang digunakan Al-qur’an adalah bahasa arab. tetapi Bahasa arab bukanlah Al-Qur’an. ( tuing..tuing ?????. coba renungkan sejenak ^_^ ). 

            Allah pasti mengetahui dan memahami semua bahasa di muka bumi ini, tetapi kenapa yang menjadi pilihan untuk ‘ membumikan’ bahasa langit  ke  bahasa manusia di bumi itu memakai bahasa arab?. apa yang menjadi  kelebihan bahara arab itu sendiri. sehingga Allah Mengajak manusia ‘berkomunikasi’ kepadanya dengan menggunakan bahasa Arab. dan ternyata ada sebagian bentuk kegiatan ibadah dalam Islam jika tidak menggunkan bahasa arab maka tidak dianggap sah, bahkan dicap bid’ah, seperti sholat. dan teks Al-Qur’an ketiak diterjemahkan kedalam berbagai bahasa lain, maka terjemahan itu tidak disebut Al-Qur’an tetapi disebut ‘terjemahan Al-Qur’an.  bukan Al-Qur’an tetapi terjemahan Al-Qur’an.

            Dia berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkan al-Qur’an dengan berbahasa       Arab, agar kamu memahaminya.” [Yusuf: 2]

            Dia juga berfirman, “Sesungguhnya Kami menjadikan al-Qur’an dalam       bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).” [Zukhruf: 3]

            Sebelum diutusnya nabi Muhammad SAW, memang Allah SWT berbicara kepada umat manusia dengan menggunakan bahwa masing-masing. Dan Allah SWT mengutus para nabi dari keturunan masing-masing bangsa dan bahasa itu. 

            Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

            Namun khusus untuk nabi yang terakhir, Allah SWT telah menetapkan kebijakan tersendiri. Pertama, nabi terakhir itu benar-benar nabi yang diutus untuk terakhir kalinya. Artinya, setelah itu tidak akan ada lagi nabi, meski hari kiamat masih jauh. Kedua, nabi itu hanya memiliki satu bahasa dan tentunya kitab suci yang diturunkan pun hanya satu bahasa saja. Dan bahasa yang dipilih adalah bahasa Arab.

            Nah, pasti ada alasan yang kuat kenapa bahasa arab sebagai bahasa Al-qur’an dan sebagian ibadah  ada yang diwajibkan dengan memakai bahasa arab. Para pakar bahasa Arab sering kali menyebutkan di antara keistimewaan itu antara lain:

1.       Bahasa Arab Adalah Induk Semua Bahasa (  The Mother Of All Language )

            kita ‘berselancar’ dulu dalam renungan sejarah, Nabi adam adalah             manusia            pertama yang Allah cipatakan, menyusul Hawa. pasti Alllah   berkomunikasi   dengan adam dengan menggunakan bahasa.       pertanyaannya bahasa apakah yang      digunakan?.

            ada sebuah tesis yang mengatakan bahwa Allah berkomunikasi dengan    adam    adalah dengan memakai bahasa Arab. karena Adam dan Hawa    tinggal di surga.             disurga bahasa yang digunkan adalah bahasa arab,          sebagai Sabda rasulullah.

            Nabi shollallahu 'alaihi wassalam
أحبوا العرب لثلاث لأني عربي ، والقرآن عربي ، وكلام أهل الجنة عربي                             
            Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yaitu karena aku adalah orang        Arab, dan          Al-Qur’an dengan bahasa Arab, dan bahasa penghuni syurga          adalah bahasa Arab

            Hadits di atas diriwayatkan oleh imam Al baihaqi, Al Hakim dari jalur Ibnu             Abbas. Tetapi ternyata keyakinan ini tidaklah didasari pada suatu hadits          yang shohih. Yah           karena hadits di atas adalah dhoif. Ibnul Jauzi      mengatakan bahwa hadits di atas      adalah maudu’. Imam Adz Dzahabi dan   Albani pun mengatakan bahwa hadits di atas       maudhu’. Wow .. vonis     Maudhu !

            Untuk menganalisa bahasa apa yang digunakan dimuka bumi ini, mungkin             disini akan timbul banyak perdebatan.  tetapi saya sediri punya anlisis   sederhana         bahwa bahasa pertama yang digunakan adalah bahasa Arab.        karena bahasa arab      mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan      dengan bahasa lain.

2.       Bahasa Arab adalah Bahas Abadi ( The absolute Languange )

            Sebuah analisa dan ekplorasi  lebih dalam  lagi menunjukkan bahwa         bahasa              Arab telah berusia lebih tua dari bahasa-bahasa lain.             Karena bahasa Arab      adalah bahasa yang       digunakan Allah SWT untuk        berfirman di dalam Al-Quran.             Sementara Al-Quran itu sudah ada di       sisi       Allah SWT jauh sebelum awal mula         diturunkandi masa    Rasulullah SAW.           Dan Allah SWT menjamin           bahwa Al-Quran itu        tidak akan lenyap hingga            hari kiamat. Artinya,             bahasa Arab adalah       bahasa yang sudah jauh             sebelum adanya peradaban        manusia dan             akan terus berlangsung hingga akhir dunia ini.

3.       Bahasa Arab adalah Bahasa yang Paling Banyak Diadopsi

            Bahkan serapan dari bahasa Arab nyaris terdapat di hampir semua            bahasa yang ada saat ini. Nyaris bahasa-bahasa yang kita kenal sekarang            ini, telah            banyak menyerap kosa kata dan istilah dari bahasa Arab. Salah             satunya adalah bahasa Ingrgris dan tentunya bahasa Indonesia.

            contohnya banyak sekali dalam bahasa indonesia, contohnya :     musyawarah, ijasah,      nikah, Majlis. dan masih banyak lagi yang lainya. ini         perupakan sebuah pertanda        bahwa bahasa arab adalah bahasa yang kaya raya.

            Bahkan bahasa ilmiyah di dunia sains pun tidak lepas dari pengaruh          serapan             kata dari bahasa Arab. Istilah alkohol, aljabar, algoritme dan     lainnya adalah   bagian dari serapan dari bahasa arab.

4.       Bahasa Arab Memiliki Jumlah Perbendaharaan Kata yang Paling Banyak

            Salah satu keistimewaan bahasa Arab lainnya adalah kekayaan dalam      jumlah   perbendaharaan kata.  dari satu kata bisa berubah menjadi     beberapa kata yang        memilki arti yang berbeda. luar biasa, sungguh     sangat ‘ cetar membahana’. tidak     ada bahasa yang bisa merubah satu        kata kepada bentuk kata yang lain dengan           arti dan maksud yang berbeda.            coba anda renungkan ilmu tasrif.  itu adalah ilmu tentang perubahan satu kata kepada kata yang lain dengan bentuk yang berbeda      tetapi dengan     kata dasar yang sama.

Ketika Ibnu Taimiyyah Angkat Bicara

            Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, maka untuk memahaminya tentu diperlukan kemampuan bahasa Arab. Dalam hal ini, mempelajari bahasa Arab adalah sesuatu yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi karena tidak mungkin kita bisa memahami al-Qur’an dengan baik tanpa pemahaman bahasa Arab yang baik pula. Itu sebabnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh menghukumi belajar bahasa Arab sebagai kewajiban.

`           Beliau berkata, “Sesungguhnya bahasa Arab merupakan bagian dari agama dan mempelajarinya wajib. Sebab, memahami al-Qur’an dan Sunnah itu wajib, keduanya tidak akan mungkin dipahami kecuali dengan bahasa Arab, dan apa yang suatu kewajiban tidak akan terwujud kecuali dengannya maka ia menjadi wajib.”

            Jadi, jika kewajiban memahami al-Qur’an tidak mungkin terwujud atau sempurna tanpa pemahaman bahasa Arab yang baik, maka memahami bahasa Arab pun menjadi wajib.

Bodoh Terhadap Uslub Tata Bahasa Arab Sumber Kebid’ahan

            Hasan Al-Bashri berkata terhadap orang-orang ahlul bid’ah, “Yang menghancurkan mereka adalah ketidaktahuan (kebodohan) mereka terhadap bahasa Arab.”
           
Imam Syafi’i rohimahulloh berkata, “Manusia tidaklah menjadi bodoh dan berselisih kecuali ketika meninggalkan bahasa Arab dan cenderung kepada bahasa Aristoteles (bahasa orang barat).” [Siyaru A’lamin Nubala, 10/74]


            Imam As-Suyuthi rohimahulloh berkata, “Sesungguhnya aku telah menemukan orang-orang sebelum Imam Syafi’i, mereka mengisyaratkan seperti yang saya duga bahwa sebab terjadinya bid’ah adalah tidak memahami bahasa Arab.”

            Yup!, menyepelekan dan menggampangkan Bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta bodoh terhadap permasalahan agama. Kebodohan apalagi yang lebih besar ketimbang kebodohan akan perkara agama ini?!

            Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam, “Cintailah bahasa Arab karena 3 hal, yaitu bahwa aku adalah orang Arab, bahwa al-Qur’an berbahasa Arab, dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab.” [HR. Thobroni]


Keunggulan  Bahasa Arab


            Keutamaan bahasa arab sangatlah banyak. Sebagaimana perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2, yang artinya,

“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkan.”

            Ibnu Katsir  berkata, “Yang demikian itu (bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab) karena bahasa arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu, kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada Rasul yang paling mulia (yaitu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam) dengan bahasa yang paling mulia (yaitu bahasa arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia di atas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (yaitu Ramadhan), sehingga Al-Qur’an menjadi sempurna dari segala sisi.” (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Surat Yusuf)

Ketika para Ulama Angkat Bicara

            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Bahasa arab itu termasuk bagian dari agama, sedangkan mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Tidaklah seseorang bisa memahami keduanya kecuali dengan bahasa arab. Dan tidaklah kewajiban itu sempurna kecuali dengannya (mempalajari bahasa arab), maka ia (mempelajari bahasa arab) menjadi wajib. Mempelajari bahasa arab, diantaranya ada yang fardhu ‘ain, dan adakalanya fardhu kifayah.” (Iqtidho, Ibnu Taimiyah 1/527 dikutip dari majalah Al-Furqon)

            Dorongan untuk belajar bahasa arab bukan hanya khusus bagi orang-orang di luar negara Arab. Bahkan para salafush sholeh sangat mendorong manusia (bahkan untuk orang Arab itu sendiri) untuk mempelajari bahasa arab.

            Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata, “Pelajarilah bahasa arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian.” (Iqitdha)

            ‘Umar radhiallahu ‘anhu juga mengingatkan para sahabatnya yang bergaul bersama orang asing untuk tidak melalaikan bahasa arab. Ia menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari, “Adapun setelah itu, pelajarilah Sunnah dan pelajarilah bahasa arab, i’rablah al-Qur’an karena dia (al-Qur’an) dari Arab.” (Iqtidho, Ibnu Taimiyah,)

            Dari Hasan Al-Bashari, beliau pernah ditanya, “Apa pendapat Anda tentang suatu kaum yang belajar bahasa arab?” Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang baik, karena mereka mempelajari agama nabi mereka.” (Mafatihul Arrobiyah)

            Dari as-Sya’bi, “Ilmu nahwu adalah bagaikan garam pada makanan, yang mana makanan pasti membutuhknanya.” (Hilyah Tholibul ‘Ilmi)
Apa Sih... Pentingnya  Belajar Bahasa Arab?

            Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan secara luas di planet ini. Bahasa Arab merupakan bahasa utama dari 22 negara, digunakan oleh lebih dari 250 juta orang. Bahasa ini juga merupakan bahasa kedua pada negara-negara Islam karena dianggap sebagai bahasa spiritual Islam - salah satu agama-agama besar dunia (kita membicarakan tentang lebih dari 1 miliar orang!). Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tetap di organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

            Alasan lain yaitu bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua yang hidup di dunia, dan merupakan bahasa asli dari banyak bahasa, bahkan ada teori yang menyatakan bahwa "bahasa Arab merupakan asal dari bahasa-bahasa" dan mereka yang mengadopsi teori ini berlandaskan pada kenyataan bahwa orang Arab dapat melafalkan suara apapun dalam bahasa manapun di dunia dengan mudah, di lain pihak banyak orang-orang bukan-Arab yang kesulitan mengucapkan beberapa huruf Arab yang tidak terdapat dalam bahasa asli mereka (contohnya huruf dhad tidak digunakan dalam bahasa manapun di dunia, dan bahasa Arab sering disebut sebagai bahasa dhad).

            Dalam ribuan tahun, sedikit perubahan terjadi pada bahasa ini, dan bahasa ini selalu sesuai pada setiap jaman, menembus berbagai peradaban yang menggunakannya sebagai bahasa asli mereka. Bahkan, bahasa Arab memiliki pengaruh yang besar dalam sebagian besar bahasa yang ada di masa kini. Mungkin, sumbangan bahasa Arab yang paling jelas pada kemanusiaan adalah angka Arab (0,1,2,,3,...), tanpa menyebutkan bahwa banyak kata-kata Arab yang digunakan oleh banyak bahasa pada saat ini (algoritma, sugar, coffee, kopi, alamat, kabar, dan daftar ini terus berkelanjutan....).

            Mengapa bahasa ini tetap hidup lebih dari ratusan tahun sementara bahasa yang lain tidak? Alasan utama untuk pertanyaan tersebut adalah bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur'an, inilah yang menjaga bahasa Arab menjadi bahasa utama hingga lebih dari 1400 tahun peradaban Islam.

            Mudah-mudahan tulisan ini menjadi sebuah pencerahan yang membawa semangat agar menjadikan diri ‘ bersenyawa’ dengan Al-Qur’an dan As-sunnah dengan terus mempelajari uslub tata bahasa arab. Wallahu A’lam Bishowwab .


Selasa, 18 Desember 2012

TRANFORAMSI NILAI-NILAI FILOSOFIS ILMU NAHWU DALAM KONTEKS KEHIDUPAN

Oleh : Misbahuddin Al-Afhganie

Mengenal dan memahami uslub dan tata bahasa arab adalah hal yang sangat pundamental. kenapa ?, karena, eh karena, memahami uslub dan tata bahasa arab adalah kunci untuk memahami al-Qur’an dan as-sunnah. dan Al-Qur’an dan as-sunnah adalah dua warisan agung yang dijadikan sebuah petunujuk untuk manusia bagaimana mengisi hidup dan kehidupan dengan benar.

Dalam memahami Al-qur’an dan as-sunnha kita tidak akan terlepas dari ilmu sharaf dan ilmu nahwu. karena dua ilmu tersebut bagaikan ibu dan bapak. tidak akan terpisahkan. “Ash-shorfu ummul ‘uluum, wan nahwu abuuha” (Imu sharaf adalah ibu berbagai ilmu, adapun Nahwu adalah bapaknya).

Dalam Ilmu Nahwu jika kita renungkan dan ekplorasi lebih dalam hikmah yang terkandung dalam istilah-istilah dan pembahasan-pembahasan. Maka kita akan disguhkan dengan sebuah renungan yang unik dan menarik. membuat mulut kita berucap denga reflek, “ Ooo..OOOh, Subhanaallah “.

Filosofis hidup yang terkandung di dalam ilmu nahwu tidak jauh bedanya dengan sebuah nilai filosofis hidup yang dihasilkan setelah kita mentafakuri kehidupan semut. ada sebuah nilai kerja sama, keultena dan sebagainya. tetapi, nilai-nilai filosofis apakah yang terkandung di dalam imu nahwu ??.

Filosofis hidup yang sangat berharga untuk generasi muda sebagai agent of change, lebih umum untuk umat islam seutuhnya. filosofis hidup itu sendiri di gali dari istilah-istilah dan pembahasan-pembahasan dalam Ilmu nahwu. buka mata lebar-lebar, buka telinga dan open up your mind !!. Yuk ah.. bereksplorasi lebih dalam ^_^

Filosofish syakal ‘ Dhomah ‘ dengan Rofa’

Dalam ilmu nahwu, “dhommah” adalah salah satu tanda dari tanda-tanda rofa atau marfu. Secara lafdziah kata dhommah berarti bersatu. Sedang kata rofa’ berarti tinggi. antara dhomah dan rofa memiliki kolerasi yang filosofis untuk kehidupan. jika kata dhomah bersatu dan rofa’ adalah tinggi. maka umat manusia jika bisa bersatu dan dapat mempererat tali ukhuwah maka niscaya umat itu pasti akan tinggi (rofa) dibadingkan dengan bangsa-bangsa lain.

Coba “ Intiplah “ sejarah, tidak ada satu umat pun, tidak ada satu golongan pun yang jika meraka bersatu mereka akan lemah dan kalah. justru dengan kesatuan dan kebersamaan umat bisa menjadim kuat dan bisa menguasai peradaban.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :”Bersatulah kalian pada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah” (Ali Imran: 103). Sementara untuk mendapatkan derajat tinggi harus memenuhi syarat, di antaranya adalah iman. Firman Allah SWT: “Janganlah kalian merasa hina dan sedih, padahal kamu tinggi jika kamu beriman (Ali Imran: 139).

Bagaimanakah Tips Dan Trik Agar Mendapat Derajat Rofa’ dalam Kehidupan ( Tinggi )

Coba ingat-ingat. isim-isim yang rofa itu apa saja, ayooo ??. nah betul !!, isim-isim yang yang masuk katagori rofa ( yang diberi penghargaan tinggi ) adalah Fail, naib fail, Mubtada, khobar mubtada dan Tawabie marfu, se[erti sifat ( Na’at ), badal, taukid dan atof.

Jadi ketika kita ingin mendapatkan kedudukan marfu ( yang di tinggikan derajatnya ) maka kita harus menjalankan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalam isim-isim yang marfu diatas. sepeti nilai filosofis yang terkandung di dalam fail, naib fail dan lain sebagainya. 

Mari simak analisis dan eksporasi saya .... Yuk Marieee ...

Filosofis Fail

Fa’il adalah subjek, sesuatu yang menjadi pelaku dalam setiap aksi. fail merupakan penguasa keadaan, bukan yang dikuasai keadaan. Apabila kita ingin menjadi orang yang dihargai, memilki kedudukan tinggi dan tidak terhina, maka hendaklah kita berbuat, bekerja dan berusaha. Yup! untuk mendapatkan kedudukan “ Marfu “ yang ditinggikan maka kita harus menjadi pelaku, aktor sejarah bukan korban dari sebuah sejarah. Maka jadilah pribvadi-pribadi yang mengedapankan ACTION dari pada cuap-cuap belaka. seoarang yang suka bertindak untuk mengukir sejarahnya dengan tinta emas. bukan pribadi berpangku tangan atau hanya mengharap belas kasih orang lain. Hanya orang yang aktif, pribadi yang suka berACTION yang membuahkan karya-karya dan amal dan menjadi terhormat di lingkungannya. Firman Allah SWT:

“Dan katakanlah (hai Muhammad) : Bekerjalah kalian! sesungguhnya pekerjaan kalian akan dilihat oleh Allah, RasulNya dan kaum mu’minin” (At Taubah : 105).

Sabda Nabi Muhammad SAW: “ tangan di atas (pemberi) lebih baik dari tangan di bawah(peminta)”.

Nash dan Hadits diatasa memberikan petunjuk agar kita harus menjadi FAIL ( penguasa keadaan ), pribadi yang suka akan sebuah tindakan nyata demi sebuah perubahan karena mengharap Ridho dari Allah semata.

Filosofis Naib Fail

Naib fa’il, adalah pengganti dari Fail, dengan kata lain dia adalah wakil atau pengganti atau mewakili tugas-tugas pelaku sejarah. Sosok Pribadi ‘ Naib Fail ‘ adalah tipe kedua orang yang mendapat derajat tinggi. Meskipun ia berkedudukan sebagai wakil, tapi ia menjalankan pekerjaan yang dilakukan fa’il / pelaku sejarah walau harus menjadi penderita dalam kedudukannya sebagai kalimat.

Jika kita mengambil sample dari historis jaman Rasulullah, Rasulullah adalah fail / pelaku sejarah, nah ketika nabi mendapatkan ancaman pembunuhan dari kaum musrikin, maka hadirlah Ali bin abi tholib sebagai sosok ‘ naib fail ‘ yang menggantikan nabi untuk tidur di tempat tidurnya. Pribadi Naib Fail yang yang akan menjadi sosok Fail / pelaku sejarah masa depan. tidak ada seoarang pemimpin yang dilahirkan secara instan. sebelum menjadi pemimpin / pelaku sejarah, maka jadilah sosok naib Fail / pengikut yang baik yang siap berkorban.

Contoh lain adalah para huffadz yang diutus Rasulullah untuk mengajarkan agama atas permintaan salah satu suku di jazirah Arab, namun mereka ternyata bukan untuk mengajarkan agama, tetapi meraka ternyata diundang untuk dibunuh. nasib mereka tragis. para huffadz inilah sosok ‘naib fail ‘ sebagai pengganti Rasulullah dalam menyi’arkan islam. walaupun mereka menjadi korban. tetapi mereka akan mendapatkan kedudukan yang tinggi ( marfu ) disisi Allah.

Filosofis Mubtada’

Mubtada (pioneer), sosok orang yang pertama melahirkan ide-ide positif kemudian diaplikasikannya di tengah-tengah masyarakat sehingga berguna bagi kehidupan manusia adalah orang yang pantas mendapat derajat rofa’ (tinggi). Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa memulai sunnah hasanah (ide positif dan konstruktif) maka baginya pahala dan pahala orang yang melakukan ide (sunnah) tersebut”. Ada pepatah Arab mengatakan demikian:

“ Perhargaan itu hanyalah milik orang pertama memulai, walaupun orang yang datang kemudian dapat melakukannya lebih baik ”

Filosofis Khobar Mubtada’

Khobar (informasi). Mereka yang memiliki khobar (informasi) itulah orang yang menguasai. Demikian salah satu ungkapan dalam ilmu komunikasi. Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang lebih banyak ilmunya dari seorang lain. Yang ada adalah karena orang itu lebih banyak mendapatkan dan menyerap informasi dari lainnya. Membaca buku, apapun buku itu, sebenarnya kita sedang menyerap sebuah informasi. Dan sebanyak itu informasi yang kita dapatkan sebesar itu pula kadar maqam kita. Informasi dapat kita peroleh melalui berbagai cara, termasuk di dalamnya pengalaman.

Semakin banyak informasi, Ilmu dan wawasan maka derajat kita pasti secara perlahan tetapi pasti akan menempati derajat ‘ marfu’/ ditinggikan derajatnya. Sebagaimana firman Allah swt :

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan mereka yang diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Al Mujadalah: 11).

Filosofis Tawabi Lil Marfuat

Tawabi’ Marfu’ , tawabi Lil Marfu’at adalah isim atau fill yang mengikuti isim atau fiil yang didepan yang marfu’. pelajaran apa yang bisa diambil dari ‘tawabie lil Marfuat ini ?. dalam kehidupan nyata, Tawabi’ lil marfuat ini adalah Mereka yang mengikuti jejak langkah orang yang mendapat derajar tinggi. Jelas, siapa saja yang mengikuti langkah dan perjuangan mereka yang mendapat derajat tinggi ( Marfu’) , maka mereka akan dihargai. Sebagaimana Allah berfirman:

“ Sesungguhnya pada diri Rasulullah (Muhammad) terdapat teladan yang baik. “
(QS Al-Ahzâb [33]: 21)

Ayat diatas menegaskan kepada kita untuk mengikuti Rasulullah yang telah mendapatkan maqoman mahmuda (kedudukan terpuji) di sisi Allah agar kita mendapat hal yang sama di sisiNya.

Ada Apa dengan tanda kasroh ??

Berpecah Belah Adalah Kerendahan

Tanda kasroh dalam ilmu nahwu adalah salah satu tanda hukum khofadh. Secara harfiah, kata kasroh bermakna pecah atau perpecahan. Sedangkan kata khofadh bermakna kerendahan atau kehinaan. Dengan demikian suatu umat akan mengalami kerendahan dan kehinaan apabila mereka melakukan perpecahan, tidak bersatu dan tidak berukhuwah. Wajar saja bila para musuh menyantap dengan lahapnya kekayaan kaum (muslimin) disebabkan mereka tidak mau bersatu dan menjaga persatuan. Inilah yang pernah dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad SAW empat belas abad lalu, tatkala beliau menyatakan bahwa suatu saat umat Islam akan menjadi santapan umat lain seperti srigala sedang menyantap makanan. Para sahabat bertanya: “Apakah saat itu jumlah kita sedikit ?” Rasul menjawab: “Tidak, justru kalian saat itu menjadi mayoritas, tapi kualitas kalian seperti buih. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut dari musush-musuh kalian kepada kalian dan Allah akan mencampakkan dalam diri kalian penyakit al-wahan”. Sahabat bertanya: “apakah penyakit al-wahan itu?” Rasul SAW menjawab: “cinta dunia dan takut mati”.

Dengan penyakit itulah, umat Islam mengalami perpecahan. Sebab yang diperjuangkan bukan lagi agama mereka, tetapi materi dan keduniaan yang pada akhirnya tidak lagi mengindahkan kekompakkan dan persatuan di antara sesama ummat Islam.

Di samping itu sifat buih, seberapa banyak dan sebesar apapun, ia akan terombang-ambing oleh angin yang meniupnya. Itulah tamsil umat Islam yang tidak memperkokoh persatuan.

Faktor ‘Khofad ( Kerendahan ) Adalah Penyebab ‘ Kasroh ‘ (Perpecahan ) 

Hal inilah yang diisyaratkan oleh Al-Sonhaji, bahwa penyebab segala isim (nama) menjadi makhfudh (rendah dan hina) adalah karena tunduk dan ikut-ikutan terhadap huruf khofad (faktor kerendahan). Atau dalam istilah nahwu lain, isim menjadi majrur (objek yang terseret-seret/mengikuti arus) karena disebabkan mengikuti huruf jar (faktor yang menyeret-nyeretnya) .

Karena itu, hendaknya ummat Islam selalu menjadi ikan hidup di tengah samudera. Meskipun air samudera terasa asin, namun sang ikan hidup tetap terasa tawar. Sebaliknya, jika ummat ini bagaikan ikan mati, maka ia dapat diperbuat apa saja sesuai keinginan orang lain. Bila diberi garam ia akan menjadi ikan asin dan lain sebagainya.

Berusahalah, Maka Jalan Akan Terbuka

Dalam kaidah ilmu nahwu, di antara tanda nashob adalah fathah. Secara lafdziah, kata nashob bermakna bekerja dan berpayah-payah. Sedang kata fathah bermakna terbuka. Dalam hal ini, maka mereka yang mau bekerja dan berupaya serta berpayah-payah (nashob) dalam usaha, maka mereka akan mendapatkan jalan yang terbuka (fathah). Sesulit apapun problem yang dihadapi, jika berusaha dan berpayah-payah untuk mengatasinya, maka insya Allah akan menemukan jalan keluarnya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang berbuat di antara kalian dari laki-laki dan wanita”. (Ali Imran: 195).

Dalam Kitab Diwan As-Syafi’i. Imam Syafi’i pernah menulis bait syair sebagai berikut:

سافر تجد عوضا عمن تفارقه # وانصب فان لذيذ العيش فى النصب
اني رأيت وقوف الماء يفسده # ان سال طاب وان لم يجري لم يطب
Pergilah bermusafir, maka anda akan dapatkan pengganti orang yang anda tinggalkan ; Bersusah payahlah !, karena kenikmatan hidup ini didapat dengan bersusah payah (nashob). Sungguh Aku Menyaksikan Mandeg-Nya Air Dapat Merusakkan Dirinya ; Namun Bila Ia Mengalir Ia Menjadi Baik. Dan Jika Menggenang Ia Jadi Tidak Baik.

Dalam bait syair ini, Imam Syafi’i ingin menegaskan, bahwa orang yang berpangku tangan dan tidak mau bekerja keras akan menjadi rusak, bagaikan rusaknya air yang tergenang sehingga menjadi comberan yang kotor dan bau. Sebaliknya, bila ia mau bersusah payah dan bergerak maka ia bagaikan air jernih yang mengalir. Indahnya kenikmatan hidup ini terletak pada bersusah payah.

Bahkan al-Quran mengisyaratkan kepada kita untuk tidak berpangku tangan di tengah waktu-waktu senggang kita. Bila usai melakukan satu pekerjaan, cepatlah melakukan hal lain. Firman Allah SWT:

فاذا فر غت فا نصب
“Dan jika kamu selesai (melakukan tugas), maka lakukanlah tugas lain (nashob)” (Al Insyiroh: 7).

Kepastian Akan Menimbulkan Rasa Tenang

Kaidah lain yang terdapat dalam ilmu nahwu adalah, bahwa di antara tanda jazm adalah sukun. Secara lafdziah, kata jazm bermakna kepastian. Sedang kata sukun berarti ketenangan. Ini mengajarkan kepada kita, bahwa kepastian (jazm) akan melahirkan rasa ketenangan (sukun). Orang yang tidak mendapatkan kepastian dalam suatu urusan biasanya akan merasakan kegelisahan. Sebagai contoh seorang remaja yang ingin melamar seorang gadis kemudian tidak mendapatkan kepastian, dia akan mengalami kegelisahan. Demikian juga orang yang hidupnya sendiri, ia tidak mendapatkan ketenangan. Oleh karena itu Allah SWT mengisyaratkan kita agar mempunyai teman pendamping dalam hidup ini agar mendapat ketenangan. Firman Allah SWT:

ومن آياته ان خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا اليها
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah Ia menjadikan bagimu pasangan dari jenismu (manusia) agar kalian merasa tenteram kepadanya” (Ar Rum: 21).

Demikianlah beberapa filosofis kehiupan yang digali dari beberap istilah dan kaidah-kaidah dalam ilmu nahwu. mudah-mudahan bisa membawa pencerahan, dan bisa menambah semangat kita dalam menggali uslub dan tata bahasa arab sebagai gerbang untuk menikmati ‘ selancar ‘ jiwa dalam lautan ilmu dan hikmah Al-Qur’an dan as-sunnah. Wallahu A’lam Bishowwab.