Minggu, 17 Februari 2013

Sebuah Catatan di Pagi Hari Yang Indah ...


Sebuah Catatan di Pagi Hari Yang Indah ...
           Oleh : Misbahuddin

            Hari ahad pagi yang menyejukan, seperti biasa setelah menunaikan sholat shubuh berjama’ah, kami langusung membuat ‘ formasi’ sebuah lingkarang, untuk mendiskusikan isu-isu terhangat dan terup to date,  menggali dan menela’ah lebih dalam dunia tata bahasa arab. berawal dari menela’ah kitab Usulu Tsalatsah berkahir dengan penggalian setiap teks-teks yang terkandung dalam kitab tersebut secara radikal, ekplorasi lebih da;am dan kedalam untum memenuhi kehausan kami akan ilmu. semuanya ‘diubrak-abrik’ dan dibongkar dari perpectif ilmu nahwu dan ilmu shorof. Huh Seruuu!!, apalagi kalo ditemani para Pakar bahasa Arab yang refresentatif. pasti lebih seru ..dan lebih 'menendang'. hehe ..

            Saya rangkung agar antum-antum semua dapat mengambil istifadah juga dari ‘bongkaran-bongkaran’ kami  dalam mengekplorasi tata bahasa arab. Yup!,  Takuun ‘ala Isti’daad.. !!

Mudhof ilahi

            Mudhof ilahi secara pengertian adalah menisbatkan sesuatu pada sesuatu, atau secara sederhananya menyandarkan sesuatu kepada sesuatu yang lain. contoh
·      بَيْتُ االلّٰهِ
·      دَفْتَرُ عَلِيٍّ
            kata ‘daftaru’ adalah mudhof yang disandari, sedangkan kata _’aliyyin_ adalah mudhof ilahi, yang menyandarkan diri.   ketika kita mendapatkan susunan lafadz tersebut seperti diatas maka diagnosa awal kita bisa menyimpulan bahwa lafadz-lafazd yang kita temui itu adalah susunan mudhof-mudhof ilahi ... Yang bersandar dan yang menyandari. Rumah Allah. rumahnya menjadi mudhof, sedangkan lafadz _Allah_ menjadi mudhof ilahi.

Menukik lebih dalam dan kedalam

             Selanjutnya, agar mudah kita lebih mengenal ‘sosos’ mudhof dan mudhof ilahi . maka kita harus ‘ta’atufan’ lebih dekat dengan dua sosok tersebut ( Mudhof dan mudhof Ilahi ).

Syarat-Syarat Mudhof
1.       Mudhoh ‘Haram’ / ( Terlarang )  Memakai Tanwain.
بَيْتٌ = بَيْتُ اللّٰهِ
           Lafadz _Baitun_ ketika dia menjadi mudhof ilahi maka haram dibaca _Baitun_ ( dengan memakai tanwin), tetapi harus dibaca _baitu_ ( tanpa tanwin), ketika bersambung dengan lafadz ALLoh, atau dengan lafadz-lafadz yang lainya yang kedudukanya menjadi mudhof ilahi. kenapa seperti itu??, karena eh karena. aturanya seperti itu bahwa Mudhof ‘Haram’ Memakai Tanwain.

2.       Secara umum mudhof adalah nakiroh, TETAP!!!, kadang ma’rifat.
          
 Mudhof boleh ma’rifah apabila :
a)       Mudhofnya, Mudhof lafdiyyah. seperti
الكَبِيْرُ البَطْنِ
           lafadz tersebut adalah susunann lafadz mudhof yang lafdiyah, jadi lafdiyah maksdunya, “  secara penampakanya seperti bukan mudhof, lebih seperti susunann sifat-mausuf. tetapi secara ekplisist lafadz tersebut adalah susunan lafadz mudhof-mudhof ilahi.

           Lafadz _Al-Kabiiru_ adalah mudhof, pada kebiasaanya mudhof  adalah nakiroh, tetapi disini lafadz _Al-Kabirru_ adalah lafadz ma’rifah dengan tambahan Alif –lam. kenapa seperti itu??. karena judulnya juga mudhof boleh ma’rifah asalkan mudhofnya berasal dari mudhof lafdiyyah.

b)       Mudhofnya berbentuk isim yang mustaq
kedua, mudhof boleh statusnya ma’rifah asalkan mudhof tersebut terbentuk dari isim yang mustaq, mustaq adalah sebuah kata yang ada kata dasarnya, contoh :
قَابَلْتُ الرَجُلَ الطَوِيْلَ اللقَامَةِ

           Lafadz _Athoowiila_, lafadz tersebut adalah mudhof yang ma’rifat, kenapa dibolehkan mudhofnya berbentuk ma’rifat??, Yup betul!!, karena lafadz tersebut adalah isim yang mustaq, Lafadz_ At-thoowiila_ adalah kata yang pecahan atau diambil dari kata dasarnya yaitu _Thoola_. dan lafadz _Al_Qoomati_ kedudukannya menjadi mudhofilahi, so .. otomastis wajib majrur, majrurnya dengan harokat kasroh.

           nah!, Jika antum menemukan hal yang seperti ini, maka antum jangan galau, lihat!!, Jika mudhofnya adalah isim yang mustaq ( ada kata dasarnya ) maka lafadz tersebut boleh ma’rifah walaupun pada Keumumamnya Mudhof Adalah Nakiroh.

3.       Mudhof wajib membung huruf nun ( ن ), ketika mudhofnya terbentuk dari isim musana’ atau jama. contoh :
كِتَابَا عُمَرَ
          Contoh diatas tadi, seharusnya lafadz _ Kitaabaa_ ditambah huru _nun_ menjadi كِتَابَانِ, tetapi karena aturannya,  mudhof yang terbentuk dari isim mutsana atau jama, maka huruf _Nun_nya itu wajib dibuang. Ingat!!! wajib dibuang!, kenapa?? karena aturannya seperti itu. ( titik ) ^_^

Isim-Isim Yang ‘Haram’ Menjadi Mudhof Ilahi

          Ada beberapa isim yang diharamkan alias dilarang menjadi mudhof, ketika dipaksakan oleh ‘arobie ( orang arab asli ) sekalipun, maka tetap tidak bisa. tidak bisaaa!!!, kenapa ??, karena eh karena, tata bahasa arab sudah ada aturan mainnya.          
          Isism-isim yang terlarang sampai hari kiamat untuk menjadi mudhof adalah :

1.       Isim dhomir
2.       Isim isyaroh
3.       Isim mauhsul
4.       Isim syarat
5.       Isim Istifham

Nah!, isim-isim diatas tadi sangat terlarang untuk menjadi mudhof. TERLARAANG KERAS !!! MENJADI MUDHOF.

Isim-Isim Yang ‘Wajib ‘ Menjadi Mudhof

Untuk Isim wajib menjadi mudhof dibagi menjadi dua, yaitu :
1.       Isim yang wajib diidhofatkan kepada mufrod. mufrod disini maksunya adalah  lafadz yang tidak berjumlah. dan ada yang mesti diidhofatkan kepada susuna jumah.

Adapun yang mesti diidhofatkan kepada lafadz mufrod adalah :
a)       dhorof.
عند٠لدى٠ بين٠ وسط٠  دون٠فوق٠تحت٠يمين٠شمال٠أمام٠قدام٠خلف٠ورأ٠قوق٠بعد٠ ٠قبل٠بعد٠
b)       yang bukan dari dhorof

كلا٠كلتا٠سوى٠ذو٠ذات٠دوا٠ذوات ٠أولو ٠أولات٠سبحان٠معاد٠سائر

           Isim-isim diatas tadi, baik yang dhorof ataupun yang bukan dari dhorof, ketika diantara lafadz itu ada dalam sebuah susunan jumlah, maka pasti kita bisa langsung memvonis bahwa lafadz tersebut menempati termpat mudhof
2.       Isim yang mesti idhofatkan kepada jumlah
          Ada beberapa lafadz yang jika disimpan dalam susunan jumlah, maka lafazd tersebut wajib menjadi mudhof dan wajib disandarkan kepada jumlah bukan di sandarkan / diidhofatkan kepada mufrod. contoh

إِذْ٠حَيْثُ٠إذا٠لَمّا٠مذ٠مُنْذُ
.          Lafadz-lafadz tersebut diatas, wajib menjadi mudhof dan wajib diidhofatkan/ disandarkan kepada susunan jumlah, terlarang diidhofatkan kepada lafadz mufrod.

Isim Yang Boleh Dijadikan Mudhof boleh tidak.
           
            Beberpa contoh akan di cantumkan untuk ponit ini, jadi ada beberapa lafadz yang bisa dijadikan mudhof dan bisa juga tidak dijadikan mudhof. jadi giaman dong?, mungkin antum bertanya. Nah!, Maka untuk hal ini, kita kembalikan kepada susunan jumlahnya. apakah lafadz tersebut harus jadi mudhof ataukah tidak. beberapa contoh lafadz tersebut adalah :

غلام٠حصان٠كتاب٠
            Simpelnya, lafadz-lafadz yang tidak termasuk pada  isim-isim yang wajib menjadi mudhof dan tidak juga masuk pada yang ‘haram’ ( terlarang ) menjadi mudhof maka lafadz-lafadz tersebut bisa dimasukan kepada point ketiga ini, yaitu lafadz-lafadz yang boleh jadi mudhof boleh juga tidak.

            Mudah-Mudahan Bermampaat !!!! ^_^

0 komentar:

Posting Komentar