Jumat, 23 November 2012

Fail tidak selamanya Marfu’?


Oleh : Misbahuddin Al-Afghanie

          
            Fail tidak selamanya marfu!!, sebuah pertanyaan yang ingin saya lontarkan agar sedikit menggali dan mengekplorasi sebagian hakikat dari Uslub bahasa Arab. Fail yang didefinisakan sebagai : isim marfu yang terletak setelah Fiil yang ma’lum dan menunjukan atas pelaku dari sebuah perbuatan. ternyata tidak selamanya begitu!!. ^_^

            Fail tidak selamnya marfu itu adalah sebuah pengecualian, sebuah teori yang mempunya “ asbabul Wurudnya “. Yup ! setiap kaidah-kaidah yang lahir dari rahim Uslub bahasa Arab pasti ada sebab kelahirannya.  dimana teori adalah merupakan sebuah natijah     ( kesimpulan ) yang dihasilkan dari kasus-kasus yang didapat lalu diracik, maka lahirlah teori-teori.

            Sebuah Teori tentunya harus cek validitas kebenarannya! Mari kita simak contoh-contoh dari jumlah ( kalimat ) yang dari sana, kita bisa menjadi sebuah starting point untuk menyimpulkan bahwa Fail kadang-kadang berharakat kasroh. dan tanda baca kasroh bukanlah tanda-tanda dari isim yang marfu atau asmaul mu’robat yang lainya.  lihat pembahasan asmaul mu’robat.
            
Beberapa contoh fail  yang dikasrohkan tanda bacanya. dan sebab-sebab kenapa fail itu dikasrohkan.

1.       Diidhofatkan kepada masdar
تَأْدِيْبُ اللوَالِدِ إبْنَهُ وَاجِبُ
“ Pendidikan orang Tua kepada anaknya adalah sebuah kewajiban “

Kata _ Waalid_  secara Lafad majrur dengan kasroh, tetapi pada Mahalnya ( kedudukanya ) lafadz Waalid itu adalah Fail.  kenapa kata Waalid itu bisa menjadi fail?.  pertanyaan yang sederhana tetapi harus dijawab!.mari kita cek kebenarannya,  jika kita gunakan rumusan yang baku untuk mencari fail ( subjek ) maka gunakanlah pertanyaan _apa_ atau _ Siapa_ .  sekarang kita coba terapkan, “ Siapakah yang melakukan proses pendidikan kepada anak??. yup ! betul jawabnya adalah orang tua. maka disinilah kata _waalid _  fimahali ( menempati ) tempat Fail.

kata   تَأْدِيْبُ اللوَالِدِ  adalah susunan Mudhof  dan mudhof ilahi. tetapi jika kita gali dari perfektif yang berbeda, ternyata kata tersebut juga bisa menjadi susunan Fail dari isim masdar.  emang bisa fail dihasilkan bukan dari fiil, tetapi dari isim ??. kasih tahu gak ya ..... !!!, PR ya ... ^_^

2.       Letaknya setalah huruf Ba zaidah ( ba tambahan )
وَكَفَى بِااللَهِ شَهِيْدًا
“ Cukuplah Allah sebagai Saksi “

Lafadz Allah dikasrohkan karena ada huruf Jar, yaitu hurub Ba yang menjadi Zaidah / tambahan dalam jumlah tersebut. zaidah / tambahan karena dijadikan sebuah tambahan yang tidak memberikan pengaruh terhadap arti, jika ditranslit kedalam bahasa Indonesia.

3.       Setelah huruf Min Zaidah ( huruf min sebagai Tambahan )
مَاجَآءَ نَا مِنْ نَذِيْرٍ
“ Tidaklah datang kepada kami sebuah peringatan “

Apa yang datang kepada kami ? Yup itu pertanyaan sederhana untuk mencari fail. jawababnya pasti, sebuah peringatan. nah ! peringatan ( lafadz Nadhir ) adalah fail dari lafadz Ja’a. dan  ini adalah Fail yang  berharokat kasroh karena dipengaruhi oleh huruf jar yaitu huruf Min, huruf min ini adalah zaidah ( tambahan ) yang tidak terlalu berefek jika kita mentransilnya kedalam bahasa Indonesia.

4.       Letak Failnya setelah Lam Zaidah ( huruf lam tambahan )
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ  لِمَا تُوْعَدُوْنَ
            “ Jauh-jauh dari apa yang kau janjikan “

Huruf ma adalah fail dari jumlah tersebut.   fail dari isim fiil , yaitu lafadz هَيْهَاتَ. kok ada      istilah Isim fiil??.  bukanya isim ya isim, fiil ya fill. kok ada istilah ISIM FIIL . ??. PR lagi ya ...
            
Contoh-contoh diatas Adalah beberapa kasuistik, yang terjadi dimana Fail adakalnya tidak marfu. dan hal ini             hanya sebuah teori pengencualian belaka. yang menjadi kaidah umum tetap yaitu Fail wajib Marfu.

0 komentar:

Posting Komentar