Oleh : Misbahuddin Al-Afghanie
Fail tidak selamanya marfu!!, sebuah
pertanyaan yang ingin saya lontarkan agar sedikit menggali dan mengekplorasi sebagian
hakikat dari Uslub bahasa Arab. Fail yang didefinisakan sebagai : isim marfu
yang terletak setelah Fiil yang ma’lum dan menunjukan atas pelaku dari sebuah
perbuatan. ternyata tidak selamanya begitu!!. ^_^
Fail tidak selamnya marfu itu adalah
sebuah pengecualian, sebuah teori yang mempunya “ asbabul Wurudnya “. Yup !
setiap kaidah-kaidah yang lahir dari rahim Uslub bahasa Arab pasti ada sebab
kelahirannya. dimana teori adalah
merupakan sebuah natijah ( kesimpulan ) yang dihasilkan dari
kasus-kasus yang didapat lalu diracik, maka lahirlah teori-teori.
Sebuah Teori tentunya harus cek validitas
kebenarannya! Mari kita simak contoh-contoh dari jumlah ( kalimat ) yang dari
sana, kita bisa menjadi sebuah starting point untuk menyimpulkan bahwa Fail
kadang-kadang berharakat kasroh. dan tanda baca kasroh bukanlah tanda-tanda
dari isim yang marfu atau asmaul mu’robat yang lainya. lihat pembahasan asmaul mu’robat.
Beberapa contoh fail yang dikasrohkan tanda bacanya. dan
sebab-sebab kenapa fail itu dikasrohkan.
1. Diidhofatkan
kepada masdar
تَأْدِيْبُ اللوَالِدِ
إبْنَهُ وَاجِبُ
“
Pendidikan orang Tua kepada anaknya adalah sebuah kewajiban “
Kata
_ Waalid_ secara Lafad majrur dengan
kasroh, tetapi pada Mahalnya ( kedudukanya ) lafadz Waalid itu adalah Fail. kenapa kata Waalid itu bisa menjadi
fail?. pertanyaan yang sederhana tetapi
harus dijawab!.mari kita cek kebenarannya,
jika kita gunakan rumusan yang baku untuk mencari fail ( subjek ) maka
gunakanlah pertanyaan _apa_ atau _ Siapa_ . sekarang kita coba terapkan, “ Siapakah yang
melakukan proses pendidikan kepada anak??. yup ! betul jawabnya adalah orang
tua. maka disinilah kata _waalid _
fimahali ( menempati ) tempat Fail.
kata
تَأْدِيْبُ
اللوَالِدِ adalah susunan Mudhof dan mudhof ilahi. tetapi jika kita gali dari
perfektif yang berbeda, ternyata kata tersebut juga bisa menjadi susunan Fail
dari isim masdar. emang bisa fail
dihasilkan bukan dari fiil, tetapi dari isim ??. kasih tahu gak ya ..... !!!, PR
ya ... ^_^
2. Letaknya
setalah huruf Ba zaidah ( ba tambahan )
وَكَفَى
بِااللَهِ شَهِيْدًا
“
Cukuplah Allah sebagai Saksi “
Lafadz
Allah dikasrohkan karena ada huruf Jar, yaitu hurub Ba yang menjadi Zaidah /
tambahan dalam jumlah tersebut. zaidah / tambahan karena dijadikan sebuah
tambahan yang tidak memberikan pengaruh terhadap arti, jika ditranslit kedalam
bahasa Indonesia.
3. Setelah
huruf Min Zaidah ( huruf min sebagai Tambahan )
مَاجَآءَ نَا
مِنْ نَذِيْرٍ
“
Tidaklah datang kepada kami sebuah peringatan “
Apa
yang datang kepada kami ? Yup itu pertanyaan sederhana untuk mencari fail.
jawababnya pasti, sebuah peringatan. nah ! peringatan ( lafadz Nadhir ) adalah
fail dari lafadz Ja’a. dan ini adalah
Fail yang berharokat kasroh karena
dipengaruhi oleh huruf jar yaitu huruf Min, huruf min ini adalah zaidah (
tambahan ) yang tidak terlalu berefek jika kita mentransilnya kedalam bahasa
Indonesia.
4. Letak
Failnya setelah Lam Zaidah ( huruf lam tambahan )
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوْعَدُوْنَ
“ Jauh-jauh dari apa yang kau
janjikan “
Huruf ma adalah fail dari jumlah
tersebut. fail dari isim fiil , yaitu
lafadz هَيْهَاتَ. kok ada
istilah Isim fiil??. bukanya isim ya isim, fiil ya fill. kok ada
istilah ISIM FIIL . ??. PR lagi ya
...
Contoh-contoh diatas
Adalah beberapa kasuistik, yang terjadi dimana Fail adakalnya tidak marfu. dan
hal ini hanya sebuah teori
pengencualian belaka. yang menjadi kaidah umum tetap yaitu Fail wajib Marfu.
0 komentar:
Posting Komentar