Selasa, 18 Desember 2012

TRANFORAMSI NILAI-NILAI FILOSOFIS ILMU NAHWU DALAM KONTEKS KEHIDUPAN

Oleh : Misbahuddin Al-Afhganie

Mengenal dan memahami uslub dan tata bahasa arab adalah hal yang sangat pundamental. kenapa ?, karena, eh karena, memahami uslub dan tata bahasa arab adalah kunci untuk memahami al-Qur’an dan as-sunnah. dan Al-Qur’an dan as-sunnah adalah dua warisan agung yang dijadikan sebuah petunujuk untuk manusia bagaimana mengisi hidup dan kehidupan dengan benar.

Dalam memahami Al-qur’an dan as-sunnha kita tidak akan terlepas dari ilmu sharaf dan ilmu nahwu. karena dua ilmu tersebut bagaikan ibu dan bapak. tidak akan terpisahkan. “Ash-shorfu ummul ‘uluum, wan nahwu abuuha” (Imu sharaf adalah ibu berbagai ilmu, adapun Nahwu adalah bapaknya).

Dalam Ilmu Nahwu jika kita renungkan dan ekplorasi lebih dalam hikmah yang terkandung dalam istilah-istilah dan pembahasan-pembahasan. Maka kita akan disguhkan dengan sebuah renungan yang unik dan menarik. membuat mulut kita berucap denga reflek, “ Ooo..OOOh, Subhanaallah “.

Filosofis hidup yang terkandung di dalam ilmu nahwu tidak jauh bedanya dengan sebuah nilai filosofis hidup yang dihasilkan setelah kita mentafakuri kehidupan semut. ada sebuah nilai kerja sama, keultena dan sebagainya. tetapi, nilai-nilai filosofis apakah yang terkandung di dalam imu nahwu ??.

Filosofis hidup yang sangat berharga untuk generasi muda sebagai agent of change, lebih umum untuk umat islam seutuhnya. filosofis hidup itu sendiri di gali dari istilah-istilah dan pembahasan-pembahasan dalam Ilmu nahwu. buka mata lebar-lebar, buka telinga dan open up your mind !!. Yuk ah.. bereksplorasi lebih dalam ^_^

Filosofish syakal ‘ Dhomah ‘ dengan Rofa’

Dalam ilmu nahwu, “dhommah” adalah salah satu tanda dari tanda-tanda rofa atau marfu. Secara lafdziah kata dhommah berarti bersatu. Sedang kata rofa’ berarti tinggi. antara dhomah dan rofa memiliki kolerasi yang filosofis untuk kehidupan. jika kata dhomah bersatu dan rofa’ adalah tinggi. maka umat manusia jika bisa bersatu dan dapat mempererat tali ukhuwah maka niscaya umat itu pasti akan tinggi (rofa) dibadingkan dengan bangsa-bangsa lain.

Coba “ Intiplah “ sejarah, tidak ada satu umat pun, tidak ada satu golongan pun yang jika meraka bersatu mereka akan lemah dan kalah. justru dengan kesatuan dan kebersamaan umat bisa menjadim kuat dan bisa menguasai peradaban.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :”Bersatulah kalian pada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah” (Ali Imran: 103). Sementara untuk mendapatkan derajat tinggi harus memenuhi syarat, di antaranya adalah iman. Firman Allah SWT: “Janganlah kalian merasa hina dan sedih, padahal kamu tinggi jika kamu beriman (Ali Imran: 139).

Bagaimanakah Tips Dan Trik Agar Mendapat Derajat Rofa’ dalam Kehidupan ( Tinggi )

Coba ingat-ingat. isim-isim yang rofa itu apa saja, ayooo ??. nah betul !!, isim-isim yang yang masuk katagori rofa ( yang diberi penghargaan tinggi ) adalah Fail, naib fail, Mubtada, khobar mubtada dan Tawabie marfu, se[erti sifat ( Na’at ), badal, taukid dan atof.

Jadi ketika kita ingin mendapatkan kedudukan marfu ( yang di tinggikan derajatnya ) maka kita harus menjalankan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalam isim-isim yang marfu diatas. sepeti nilai filosofis yang terkandung di dalam fail, naib fail dan lain sebagainya. 

Mari simak analisis dan eksporasi saya .... Yuk Marieee ...

Filosofis Fail

Fa’il adalah subjek, sesuatu yang menjadi pelaku dalam setiap aksi. fail merupakan penguasa keadaan, bukan yang dikuasai keadaan. Apabila kita ingin menjadi orang yang dihargai, memilki kedudukan tinggi dan tidak terhina, maka hendaklah kita berbuat, bekerja dan berusaha. Yup! untuk mendapatkan kedudukan “ Marfu “ yang ditinggikan maka kita harus menjadi pelaku, aktor sejarah bukan korban dari sebuah sejarah. Maka jadilah pribvadi-pribadi yang mengedapankan ACTION dari pada cuap-cuap belaka. seoarang yang suka bertindak untuk mengukir sejarahnya dengan tinta emas. bukan pribadi berpangku tangan atau hanya mengharap belas kasih orang lain. Hanya orang yang aktif, pribadi yang suka berACTION yang membuahkan karya-karya dan amal dan menjadi terhormat di lingkungannya. Firman Allah SWT:

“Dan katakanlah (hai Muhammad) : Bekerjalah kalian! sesungguhnya pekerjaan kalian akan dilihat oleh Allah, RasulNya dan kaum mu’minin” (At Taubah : 105).

Sabda Nabi Muhammad SAW: “ tangan di atas (pemberi) lebih baik dari tangan di bawah(peminta)”.

Nash dan Hadits diatasa memberikan petunjuk agar kita harus menjadi FAIL ( penguasa keadaan ), pribadi yang suka akan sebuah tindakan nyata demi sebuah perubahan karena mengharap Ridho dari Allah semata.

Filosofis Naib Fail

Naib fa’il, adalah pengganti dari Fail, dengan kata lain dia adalah wakil atau pengganti atau mewakili tugas-tugas pelaku sejarah. Sosok Pribadi ‘ Naib Fail ‘ adalah tipe kedua orang yang mendapat derajat tinggi. Meskipun ia berkedudukan sebagai wakil, tapi ia menjalankan pekerjaan yang dilakukan fa’il / pelaku sejarah walau harus menjadi penderita dalam kedudukannya sebagai kalimat.

Jika kita mengambil sample dari historis jaman Rasulullah, Rasulullah adalah fail / pelaku sejarah, nah ketika nabi mendapatkan ancaman pembunuhan dari kaum musrikin, maka hadirlah Ali bin abi tholib sebagai sosok ‘ naib fail ‘ yang menggantikan nabi untuk tidur di tempat tidurnya. Pribadi Naib Fail yang yang akan menjadi sosok Fail / pelaku sejarah masa depan. tidak ada seoarang pemimpin yang dilahirkan secara instan. sebelum menjadi pemimpin / pelaku sejarah, maka jadilah sosok naib Fail / pengikut yang baik yang siap berkorban.

Contoh lain adalah para huffadz yang diutus Rasulullah untuk mengajarkan agama atas permintaan salah satu suku di jazirah Arab, namun mereka ternyata bukan untuk mengajarkan agama, tetapi meraka ternyata diundang untuk dibunuh. nasib mereka tragis. para huffadz inilah sosok ‘naib fail ‘ sebagai pengganti Rasulullah dalam menyi’arkan islam. walaupun mereka menjadi korban. tetapi mereka akan mendapatkan kedudukan yang tinggi ( marfu ) disisi Allah.

Filosofis Mubtada’

Mubtada (pioneer), sosok orang yang pertama melahirkan ide-ide positif kemudian diaplikasikannya di tengah-tengah masyarakat sehingga berguna bagi kehidupan manusia adalah orang yang pantas mendapat derajat rofa’ (tinggi). Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa memulai sunnah hasanah (ide positif dan konstruktif) maka baginya pahala dan pahala orang yang melakukan ide (sunnah) tersebut”. Ada pepatah Arab mengatakan demikian:

“ Perhargaan itu hanyalah milik orang pertama memulai, walaupun orang yang datang kemudian dapat melakukannya lebih baik ”

Filosofis Khobar Mubtada’

Khobar (informasi). Mereka yang memiliki khobar (informasi) itulah orang yang menguasai. Demikian salah satu ungkapan dalam ilmu komunikasi. Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang lebih banyak ilmunya dari seorang lain. Yang ada adalah karena orang itu lebih banyak mendapatkan dan menyerap informasi dari lainnya. Membaca buku, apapun buku itu, sebenarnya kita sedang menyerap sebuah informasi. Dan sebanyak itu informasi yang kita dapatkan sebesar itu pula kadar maqam kita. Informasi dapat kita peroleh melalui berbagai cara, termasuk di dalamnya pengalaman.

Semakin banyak informasi, Ilmu dan wawasan maka derajat kita pasti secara perlahan tetapi pasti akan menempati derajat ‘ marfu’/ ditinggikan derajatnya. Sebagaimana firman Allah swt :

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan mereka yang diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Al Mujadalah: 11).

Filosofis Tawabi Lil Marfuat

Tawabi’ Marfu’ , tawabi Lil Marfu’at adalah isim atau fill yang mengikuti isim atau fiil yang didepan yang marfu’. pelajaran apa yang bisa diambil dari ‘tawabie lil Marfuat ini ?. dalam kehidupan nyata, Tawabi’ lil marfuat ini adalah Mereka yang mengikuti jejak langkah orang yang mendapat derajar tinggi. Jelas, siapa saja yang mengikuti langkah dan perjuangan mereka yang mendapat derajat tinggi ( Marfu’) , maka mereka akan dihargai. Sebagaimana Allah berfirman:

“ Sesungguhnya pada diri Rasulullah (Muhammad) terdapat teladan yang baik. “
(QS Al-Ahzâb [33]: 21)

Ayat diatas menegaskan kepada kita untuk mengikuti Rasulullah yang telah mendapatkan maqoman mahmuda (kedudukan terpuji) di sisi Allah agar kita mendapat hal yang sama di sisiNya.

Ada Apa dengan tanda kasroh ??

Berpecah Belah Adalah Kerendahan

Tanda kasroh dalam ilmu nahwu adalah salah satu tanda hukum khofadh. Secara harfiah, kata kasroh bermakna pecah atau perpecahan. Sedangkan kata khofadh bermakna kerendahan atau kehinaan. Dengan demikian suatu umat akan mengalami kerendahan dan kehinaan apabila mereka melakukan perpecahan, tidak bersatu dan tidak berukhuwah. Wajar saja bila para musuh menyantap dengan lahapnya kekayaan kaum (muslimin) disebabkan mereka tidak mau bersatu dan menjaga persatuan. Inilah yang pernah dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad SAW empat belas abad lalu, tatkala beliau menyatakan bahwa suatu saat umat Islam akan menjadi santapan umat lain seperti srigala sedang menyantap makanan. Para sahabat bertanya: “Apakah saat itu jumlah kita sedikit ?” Rasul menjawab: “Tidak, justru kalian saat itu menjadi mayoritas, tapi kualitas kalian seperti buih. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut dari musush-musuh kalian kepada kalian dan Allah akan mencampakkan dalam diri kalian penyakit al-wahan”. Sahabat bertanya: “apakah penyakit al-wahan itu?” Rasul SAW menjawab: “cinta dunia dan takut mati”.

Dengan penyakit itulah, umat Islam mengalami perpecahan. Sebab yang diperjuangkan bukan lagi agama mereka, tetapi materi dan keduniaan yang pada akhirnya tidak lagi mengindahkan kekompakkan dan persatuan di antara sesama ummat Islam.

Di samping itu sifat buih, seberapa banyak dan sebesar apapun, ia akan terombang-ambing oleh angin yang meniupnya. Itulah tamsil umat Islam yang tidak memperkokoh persatuan.

Faktor ‘Khofad ( Kerendahan ) Adalah Penyebab ‘ Kasroh ‘ (Perpecahan ) 

Hal inilah yang diisyaratkan oleh Al-Sonhaji, bahwa penyebab segala isim (nama) menjadi makhfudh (rendah dan hina) adalah karena tunduk dan ikut-ikutan terhadap huruf khofad (faktor kerendahan). Atau dalam istilah nahwu lain, isim menjadi majrur (objek yang terseret-seret/mengikuti arus) karena disebabkan mengikuti huruf jar (faktor yang menyeret-nyeretnya) .

Karena itu, hendaknya ummat Islam selalu menjadi ikan hidup di tengah samudera. Meskipun air samudera terasa asin, namun sang ikan hidup tetap terasa tawar. Sebaliknya, jika ummat ini bagaikan ikan mati, maka ia dapat diperbuat apa saja sesuai keinginan orang lain. Bila diberi garam ia akan menjadi ikan asin dan lain sebagainya.

Berusahalah, Maka Jalan Akan Terbuka

Dalam kaidah ilmu nahwu, di antara tanda nashob adalah fathah. Secara lafdziah, kata nashob bermakna bekerja dan berpayah-payah. Sedang kata fathah bermakna terbuka. Dalam hal ini, maka mereka yang mau bekerja dan berupaya serta berpayah-payah (nashob) dalam usaha, maka mereka akan mendapatkan jalan yang terbuka (fathah). Sesulit apapun problem yang dihadapi, jika berusaha dan berpayah-payah untuk mengatasinya, maka insya Allah akan menemukan jalan keluarnya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang berbuat di antara kalian dari laki-laki dan wanita”. (Ali Imran: 195).

Dalam Kitab Diwan As-Syafi’i. Imam Syafi’i pernah menulis bait syair sebagai berikut:

سافر تجد عوضا عمن تفارقه # وانصب فان لذيذ العيش فى النصب
اني رأيت وقوف الماء يفسده # ان سال طاب وان لم يجري لم يطب
Pergilah bermusafir, maka anda akan dapatkan pengganti orang yang anda tinggalkan ; Bersusah payahlah !, karena kenikmatan hidup ini didapat dengan bersusah payah (nashob). Sungguh Aku Menyaksikan Mandeg-Nya Air Dapat Merusakkan Dirinya ; Namun Bila Ia Mengalir Ia Menjadi Baik. Dan Jika Menggenang Ia Jadi Tidak Baik.

Dalam bait syair ini, Imam Syafi’i ingin menegaskan, bahwa orang yang berpangku tangan dan tidak mau bekerja keras akan menjadi rusak, bagaikan rusaknya air yang tergenang sehingga menjadi comberan yang kotor dan bau. Sebaliknya, bila ia mau bersusah payah dan bergerak maka ia bagaikan air jernih yang mengalir. Indahnya kenikmatan hidup ini terletak pada bersusah payah.

Bahkan al-Quran mengisyaratkan kepada kita untuk tidak berpangku tangan di tengah waktu-waktu senggang kita. Bila usai melakukan satu pekerjaan, cepatlah melakukan hal lain. Firman Allah SWT:

فاذا فر غت فا نصب
“Dan jika kamu selesai (melakukan tugas), maka lakukanlah tugas lain (nashob)” (Al Insyiroh: 7).

Kepastian Akan Menimbulkan Rasa Tenang

Kaidah lain yang terdapat dalam ilmu nahwu adalah, bahwa di antara tanda jazm adalah sukun. Secara lafdziah, kata jazm bermakna kepastian. Sedang kata sukun berarti ketenangan. Ini mengajarkan kepada kita, bahwa kepastian (jazm) akan melahirkan rasa ketenangan (sukun). Orang yang tidak mendapatkan kepastian dalam suatu urusan biasanya akan merasakan kegelisahan. Sebagai contoh seorang remaja yang ingin melamar seorang gadis kemudian tidak mendapatkan kepastian, dia akan mengalami kegelisahan. Demikian juga orang yang hidupnya sendiri, ia tidak mendapatkan ketenangan. Oleh karena itu Allah SWT mengisyaratkan kita agar mempunyai teman pendamping dalam hidup ini agar mendapat ketenangan. Firman Allah SWT:

ومن آياته ان خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا اليها
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah Ia menjadikan bagimu pasangan dari jenismu (manusia) agar kalian merasa tenteram kepadanya” (Ar Rum: 21).

Demikianlah beberapa filosofis kehiupan yang digali dari beberap istilah dan kaidah-kaidah dalam ilmu nahwu. mudah-mudahan bisa membawa pencerahan, dan bisa menambah semangat kita dalam menggali uslub dan tata bahasa arab sebagai gerbang untuk menikmati ‘ selancar ‘ jiwa dalam lautan ilmu dan hikmah Al-Qur’an dan as-sunnah. Wallahu A’lam Bishowwab.

0 komentar:

Posting Komentar