Isim yang mabny/ Binaa
Bina adalah
tetapnya keadaan akhir suatu kata.
Contoh :
هَذَا جَدِيْدٌ (haadza jadiidun) = ini baru
قَرَأْتُ هَذَا (qoro’tu haadza)= aku membaca ini
فِي هَذَا قِِصَصٌ (fii haadza qishoshin)= dalam kisah ini
Dari contoh di atas, kata “haadza” tidak berubah sebagaimana halnya kata “rojulun” yang bisa menjadi “rojulin” atau “rojulan”. Hal ini dikarenakan kata “haadza” merupakan isim yang bina, atau dalam istilah lain disebut isim mabni.
Sehingga dari hal tersebut, kata “haadza” tidak berubah menjadi “haadzi” atau “haadzu” sebagaimana pada isim mu'rob, baik kata tersebut dalam keadaan marfu, mansub atau majrur.
Tanda binanya isim terbagi menjadi 4:
- Mabni atas dommah : نَحْنُ (nahnu)=kami
- Mabni atas fathah : أَنْتَ – كَيْفَ (anta-kaifa)=kamu-bagaimana
- Mabni atas kasroh : أَنْتِ (anti)=kamu muannasts
- Mabni atas sukun : هُمْ (hum)= mereka
Hal ini menunjukkan, walaupun suatu isim mabni dia mempunyai keadaan marfu, mansub atau majrur maka bentuk akhirnya tetap sama, yakni tidak berubah sebagaimana isim mu'rob.
Adapun isim-isim yang mabni adalah
1. ضمائر yaitu isim Isim yang digunakan sebagai kata ganti, diantaranya:
Contoh :
هَذَا جَدِيْدٌ (haadza jadiidun) = ini baru
قَرَأْتُ هَذَا (qoro’tu haadza)= aku membaca ini
فِي هَذَا قِِصَصٌ (fii haadza qishoshin)= dalam kisah ini
Dari contoh di atas, kata “haadza” tidak berubah sebagaimana halnya kata “rojulun” yang bisa menjadi “rojulin” atau “rojulan”. Hal ini dikarenakan kata “haadza” merupakan isim yang bina, atau dalam istilah lain disebut isim mabni.
Sehingga dari hal tersebut, kata “haadza” tidak berubah menjadi “haadzi” atau “haadzu” sebagaimana pada isim mu'rob, baik kata tersebut dalam keadaan marfu, mansub atau majrur.
Tanda binanya isim terbagi menjadi 4:
- Mabni atas dommah : نَحْنُ (nahnu)=kami
- Mabni atas fathah : أَنْتَ – كَيْفَ (anta-kaifa)=kamu-bagaimana
- Mabni atas kasroh : أَنْتِ (anti)=kamu muannasts
- Mabni atas sukun : هُمْ (hum)= mereka
Hal ini menunjukkan, walaupun suatu isim mabni dia mempunyai keadaan marfu, mansub atau majrur maka bentuk akhirnya tetap sama, yakni tidak berubah sebagaimana isim mu'rob.
Adapun isim-isim yang mabni adalah
1. ضمائر yaitu isim Isim yang digunakan sebagai kata ganti, diantaranya:
Namun, jika isim dhomir bergandengan dengan isim yang lain, maka bentuknya seperti dibawah ini :
Contoh :
رَبُّكَ Tuhanmu
كِتاَبِي Kitabku
كِتَابِنَا Kitab Kami
Dari hal ini, ketika berdoa dihadapan orang banyak, seperti doa di akhir khutbah jum’at, hendaknya menggunakan kata نا bukan ي dalam berdoa, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para khotib, seperti membaca doa
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَي دِيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku pada agamamu)
Padahal seharusnya, ketika dibaca dihadapan orang banyak, harus dibaca dengan kalimat
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَي دِيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami pada agamamu) (dhomaair)= isim dhomir
2. اسم الإشارة (ismul isyaaroh)= kata tunjuk
Yakni :
هذا (haadza)=ini; mudzakkar; tunggal
هذه (haadzihi)= ini; muannasts; tunggal
هذان (haadzaani)= ini; mudzakkar; dobel
هتان (haataani)= ini; muannasts; dobel
هؤلاء (haulaa i)= ini; mudzakkar dan muannasts; jamak
ذالك (dzaalika)= itu; mudzakkar; tunggal
ذانك (dzaanika)= itu; mudzakkar; dobel
تلك (tilka)= itu; muannasts; tunggal
تانك (taanika)= itu; muannasts; dobel
أولئك (uulaaika)= itu; mudzakkar dan muannasts; jamak
catatan: adapun utk kata tunjuk yang dobel, maka ia adalah mu'rob, bukan mabni, sehingga bisa menjadi "هذين" (haadzaini) atau "هتين" (haataini)
3. اسم الإستفهام (ismul istifham)= kata Tanya
Contoh :
من (man)= siapakah?
أين (aina)= dimanakah?
كيف (kaifa)= bagaimanakah?
dll
4. اسم الشرط (ismus syarti)= kata syarat
Contoh :
متي (mata)= kapanpun
ما (maa)= apapun
dll
5. الإسم الموصول (al ismul maushuul)= kata penghubung
Yakni :
الذي (alladzii)= yang; mudzakkar; tunggal
الذان (alladzaani)= yang; mudzakkar; dobel
الذين (alladziina)= yang; mudzakkar; jamak
التي (allatii)= yang; muannats; tunggal
التان (allataani)= yang; muannasts; dobel
الائي/الاتي (allaaii/allaatii)= yang; muannasts; jamak
catatan: adapun utk isim mausul atau kata sambung yang dobel, maka ia adalah mu'rob, bukan mabni, sehingga bisa menjadi "الذين" (alladzaini) atau "التين" (allataini)
Perlu ditekankan kembali, bahwasanya isim-isim yang mabni tetap dalam bentuknya waulupun dia berada dalam keadaan marfu, mansub atau majrur.
Soal latihan:
Carilah isim-isim yang mabni dari dengan jenis isimnya dari ayat di bawah ini.
1. هُوَ
اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ
لَهُ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرِْض وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (QS. al-Hasyr,24)
0 komentar:
Posting Komentar